Penggolongan Karbohidrat (monosakarida, disakarida, polisakarida, ketosa, dll) berdasarkan reaksi-reaksi umum untuk karbohidat.
II. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui cara-cara identifikasi golongan-golongan karbohidrat.
b. Mengetahui proses glikolisis dan hidrolisis pada bahan yang mengandung karbohidrat.
III. Teori Dasar
Karbohidrat tersebar luas baik dalam jaringan hewan maupun jaringan tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan mencakup selulosa serta pati. Pada jaringan hewan, karbohidrat dalam bentuk glukosa dan glikogen.
Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. selain itu, ia juga disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon. Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut dalam pelarut organik tetapi larut dalam air (kecuali beberapa polisakarida).
Karbohidrat dibagi dalam 4 golongan yaitu : monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana. Monosakarida dapat dibedakan berdasarkan banyaknya atom C pada molekulnya, misalnya triosa dengan 3 atom C; tetrosa dengan 4 atom C; pentosa dengan 5 atom C; heksosa dengan 6 atom C dan heptosa sengan 7 atom C. Selain itu dibedakan atas gugus aldehid atau gugus keton yang dikandungnya menjadi aldosa dan ketosa.
• Monosakarida meliputi glukosa, galaktosa, manosa, fruktosa, dan lain sebagainya.
• Disakarida adalah senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi 2 molekul monosakarida.
• Oligosakarida adalah karbohidrat yang dapat diuraikan menjadi 2 sampai 10 molekul monosakarida.
• Polisakarida merupakan polimer yang tetrdiri atas unit-unit monosakarida dan bila dihidrolisis menghasilkan lebih dari 6 molekul monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa.
• Pati / Amilum
Yang terdapat dalam alam tidak larut dalam air dan memberikan warna biru dengan iodium. Hasil hidrolisis pati/amilum adalah glukosa. Hidrolisis pati akan terjadi pada pemanasan dengan asam encer dimana berturut-turut akan dibentuk amilodeksterin yang memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin yang memberi warna merah dengan iodium serta berturut-turut akan dibentuk akroodekstrin, maltosa, dan glukosa yang tida memberi warna dengan iodium.
• Glikogen
Terdapat pada hewan, molekulnya lebih kecil daripada amilum. Glikogen tidak mereduksi larutan Benedict dan dengan iodium memberikan warna merah.
Uji Karbohidrat:
1. Uji Molisch
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Terbentuknya cincin ungu menyatakan reaksi positif.
2. Uji Benedict
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan.
3. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Pada percobaan ini, karbohidrat direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil positif bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
4. Uji Seliwanoff
Reaksi ini spesifik untuk ketosa. Dasarnya adalah perubahan fruktosa oleh asam panas menjadi levulinat dan hidroksimetilfurfural yang selanjutnya berkondensasi dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah.
5. Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya dengan heksosa.
6. Hidrolisis Sukrosa
Sukrosa adalah karbohidrat golongan disakarida. Hidrolisis sukrosa ini untuk membuktikan apakah hasil hidrolisis dari sukrosa adalah glukosa dan fruktosa yaitu dengan cara setelah sukrosa dihidrolisis, larutan yang telah dihidrolisis itu dites dengan test benedict untuk membuktikan glukosa dan test seliwanoff untuk membuktikan ada fruktosa.
7. Percobaan glikolisis pada ragi
Pada manusia dan hewan, hasil akhir glikolisis anaerob adalah asam laktat, sedangkan pada ragi glikolisis anaerob (peragian gula) menghasilkan etanol.
Pada percobaan ini akan dilihat hasil glikolisis anaerob pada ragi yang berupa CO2 dan etanol. Selain itu akan dilihat pula pengaruh inhibitor terhadap glikolisis anaerob.
8. Pembuatan pati ( amilum ) dari kentang
9. Hidrolisis Pati
Pada percobaan ini akan terlihat bahwa pada hidrolisis pati ini glukosa akan terbentuk sebagai zat akhir. Penambahan HCl pekat lalu pemanasan dimaksudkan agar hidrolisis terjadi karena hidrolisis pati hanya terjadi dalam pemanasan dengan asam.
10. Glikogen
IV. Alat dan Bahan
Alat :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Erlenmyer
- Penangas air
- Corong Buchner
- Cawan porselen
- Tabung peragian
- Blender
- Pengaduk
- Termometer
- Beaker glass
- Pembakar spiritus
Bahan :
- Glukosa 1%
- Fruktosa 1%
- Laktosa 1%
- Sukrosa 1%
- Amilum 1%
- Arabinosa 1 %
- Gummi arabicum
- NaCl 1%
- Hati sapi
- H2SO4 pekat
- Galaktosa 1%
- Larutan Benedict
- Larutan Barfoed
- Larutan pereaksi Seliwanoff
- Alkohol 1%
- Aquadest
- Pereaksi Molisch
- Pereaksi Tollens
- Ragi
- Kentang
- Hati
- Larutan Lugol
- HCl pekat
- NaOH 2N
V. Prosedur Percobaan
1. Test Molisch
2 mL larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahakan 2 tetes pereaksi Molisch, campur dengan baik, kemudian dengan hati-hati dan perlahan taqmbahkan melalui dinding tabung 2mL asam sulfat pekat.
Lakukan tes terhadap larutan 1% glukosa, galaktosa, laktosa, dan sukrosa.
2. Test Benedict
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dengankuprooksida berwarna.
2.5 mL larutan Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa. Campur dan tempatkan semua tabung di dalam penangas air mendidih selama lima menit. Dinginkan perlahan-lahan dan perhatikan apakah terbebtuk endapan dan bagaimana warna endapan tersebut.
Lakukan percobaan ini dengan menggunakan larutan 1% glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa dan amilum.
3. Test Barfoed
Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 mL larutan Barfoed dan 1 mL larutan yang akan diperiksa. Panaskan dalam penangas air mendidih selama satu menit atau lebih, sampai terlihat adanya reduksi.
Lakukan percobaan ini dengan larutan 1% glukosa, galaktosa, laktosa dan sukrosa.
4. Test Seliwanoff
Masukkan 0,5 mL larutan yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 mL pereaksi Seliwanoff, campur dan letakkan tabung di dalam penangas air mendidih selama 60 detik, dan perhatikan warna yang terbentuk.
Percobaan dilakukan menggunakan larutan 1% glukosa, fruktosa dan sukrosa.
5. Reaksi Tollens
2 mL pereaksi dipanaskan dengan 5 tetes larutan yang akan diperiksa dalam penangas air mendidih. Reaksi positif bila timbul warna merah anggur.
Percobaan dilakukan menggunakan larutan 1% Arabinosa, glukosa dan gummi arabikum.
6. Hidrolisis sukrosa
Masukkan 10 mL larutan sukrosa ditambah dengan 10 tetes HCL(pekat) panaskan dalam waterbath 45 menit, dingingkan, tambahkan aquadest 50 ml. Larutan diuji dengan uji benedict dan seliwanoff.
7. Percobaan glikolisis pada ragi
Sediakan 4 buah cawan porselen yang bersih dan 4 buah tabung peragian. Masukkan ke dalam masing-masing cawan porselen bahan-bahan sebagai berikut:
Cawan 1 2 3 4
Ragi 1 g 1 g 1 g 1 g
Akuadest 14 mL 14 mL
100° C 13.5 mL 13,5 mL
.
Gerus/campur ragi dalam akuades dengan menggunakan ujung tabung reaksi sehingga diperoleh suspensi yang rata, kemudian masukkan:
Larutan glukosa 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
Larutan flourida - - 0,5 mL -
Larutan arsenat - - - 0,5 mL
Aduk campuran tersebut baik-baik, kemudian tuangkan ke dalam tabung peragian sehingga kedua ujung tertutupnya dipenuhi suspensi ragi. Kembalikan tabung pada kedudukan normal, lengan panjang harus tetap terisi. Biarkan selama tepat 30 menit. Apabila telah ada gas yang terbentuk, ke dalam tabung ditambahkan NaOH encer sehingga memenuhi ujung tabung terbuka. Tutup ujung yang terbuka dengan ibu jari.
8. Pembuatan pati (amilum) dari kentang
150 gr kentang dikupas dan dicuci. Dipotong-potong kemudian dihomogenkan dengan menggunakan kain dan cairan ditampung dalam gelas ukur 500 mL, residu dibuang. Tambahkan 200 mL air, kocok dan biarkan campuran mengendap. Cairan di atasnya didekantasi. Pati disuspensikan dengan 100 mL etanol 95 %, dekantasi lagi. Saring melalui penyaring Buchner. Pati dikeringkan pada suhu kamar.
9. Hidrolisis pati
Campur 1 gr pati dengan 100 mL air, setelah homogen tuangkan perlahan-lahan ke dalam 90 mL air mendidih sambil terus diaduk-aduk sampai larutan menjadi “opalescent”.
a. Masukkan 25 mL larutan ke dalam sebuah gelas piala, tambahkan 10 tetes HCl pekat, dan panaskan dalam penangas air. Setiap 3 menit ambil satu tetes larutan dan tes dengan iodium. Pada waktu yang sama diambil lagi 3 tetes larutan dan ditambahkan pereaksi Benedict kemudian dipanaskan dalam penangas air, amatiderajat reduksi yang terjadi dan bandingkan dengan tes iodium.
b. Ke dalam 2 tabung reaksi masukkan masing-masing 5 mL larutan pati.Tambahkan beberapa tetes larutan iodium ke dalam setiap tabung. Hangatkan sebuah tabung perlahan-lahan. Perhatikan hilangnya warna. Dinginkan kembali dan perhatikan warnanya. Ke dalam tabung yang lain tambahkan larutan natrium tiosulfat 1% tetes demi tetes sehingga warna biru hilang.
10. Glikogen
Masukkan ke dalam cawan kira-kira 25 gr hati dengan 50 ml air dan panaskan sehingga mendidih. Tambahkan sedikit asam asetat untuk mengendapkan protein. Teruskan mendidihkan campuran tersebut sambil terus mengaduknya selama 20 menit sehingga volumenya tinggal separuh dari semula. Perhatikan kekeruhan larutan tersebut.
Saring selagi panas dan bagi filtrate menjadi dua bagian.
a. Pada bagian pertama ( 2/3 filtrat ) lakukan tes-tes berikut:
1) Tambahkan 5 tetes lugol pada 5 mL filtrate, bandingkan terhadap air sebagai blanko. Tambahkan 1 tetes NaCl 10% agar tes lebih sensitive. Teteskan lebih banyak lugol. Apa yang terlihat? Bagaimana bila dipanaskan?
2) Lakukan tes benedict terhadap filtrate.
3) Pada 10 mL filtrate tambahkan 10 tetes HCl pekat dan didihkan selama 10 menit. Dinginkan dan netralkan dengan NaOH, lalu lakukan tes Benedict. Bagaimana hasilnya.
b. Pada bagian kedua tambahkan alcohol 95% 4 kali lebih banyak. Glikogen akan mengendap. Diamkan beberapa saat dan buang cairan jernih di bagian atas, lalu saring sisanya. Keringkan presipitat antara 2 kertas saring dan lakukan tes berikut terhadap bubuk glikogen tersebut:
1) Daya larut dalam air, asam encer, basa encer, NaCl 10%..
2) Lakukan Test Iodium.
VI. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Tes Mollisch
Larutan Pengamatan Kesimpulan
Glukosa 1% cincin ungu +
Galaktosa 1% cincin ungu +
Laktosa 1% cincin ungu +
Sukrosa 1% cincin ungu +
Persamaan reaksi :
•
Uji umum untuk karbohidrat adalah uji Molisch. Apabila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes pelarut Molisch (alfa naftol dalam etanol) kemudian ditambah asam sulfat pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, maka pada bidang batas kedua lapisan tersebut akan terbentuk cincin ungu yang disebut kwnoid.
Semua larutan gula yang diuji pada test molish ini dapat dioksidasi karena test molish adalah uji umum untuk karbohidrat. Apabila larutan gula yang diberi pereaksi ini dipanaskan terlalu lama maka dapat menyebabkan cincin ungu terjadi lebih cepat.
2. Test Benedict
Larutan Pengamatan Kesimpulan
Glukosa 1% 5’=Endapan merah bata +++
Fruktosa 1% 1’=Kuning,5’=endapan merah bata ++
Laktosa 1% 5’=endapan merah bata +
Sukrosa 1% Tidak terbentuk endapan _
Amilum 1% Tidak terbentuk endapan _
Persamaan Reaksi
O O
|| ||
R — C — H + Cu2+ [o] R — C — OH + Cu2O ↓ (merah bata)
OH-
1. Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid dengan kuprooksida yang berwarna merah bata.
2. Dari percobaan diperoleh hasil positif pada larutan glukosa, laktosa dan fruktosa. Sedangkan amilum dan sukrosa memberikan hasil negatif terhadap uji ini, karena amilum merupakan polisakarida dan juga karena gugus aldehidnya terikat kuat satu sama lain dan panjang sehingga tidak dapat bereaksi dengan pereaksi. Sukrosa tidak dapat mereduksi sebab tidak mempunyai OH-laktol (OH yang terikat pada atom C pertama), sehingga gugus O-nya sudah terikat pada atom C glukosa dan fruktosa dan membentuk sukrosa yang bergugus keton.
3. Test Barfoed
Larutan Pengamatan Kesimpulan
Glukosa 1% 1’=endapan merah bata +
Galaktosa 1% 1’=endapan merah bata +
Laktosa 1% Tidak terbentuk endapan -
Sukrosa 1% Tidak terbentuk endapan -
1) Jawab : Larutan gula yang dioksidasi adalah larutan glukosa 1% dan galaktosa 1%.
2) Bila larutan dipanaskan terlalu lama akan menyebabkan disakarida terhidrolisis menjadi monosakarida, maka akan memberikan hasil uji positif terhadap test Barfoed. Test ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Hasil positif ditandai dengan larutan biru dan bagian bawah terdapat endapan kemerahan.
4. Test Seliwanoff
Larutan Pengamatan Kesimpulan
Glukosa 1% Bening -
Fruktosa 1% Merah (mereduksi) +
Sukrosa 1% Merah (mereduksi) +
• Uji Seliwanoff dapat dipakai untuk membedakan sukrosa dari fruktosa. Fruktosa mempunyai gugus keton, sedangkan sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Gugus aldehid dari sukrosa yang bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff, sehingga percobaan yang terjadi lebih lambat, dibandingkan dengan fruktosa. Warna larutan yang dihasilkan oleh sukrosa lebih muda dibandingkan fruktosa.
5. Reaksi Tollens
Larutan Pengamatan Kesimpulan
Arabinosa 1% Merah anggur ++
Glukosa 1% Kuning(bagian bawah) -
Gummi Arabikum 1% Merah anggur +
Jawab: Larutan gula yang memberikan hasil positif adalah arabinosa dan gummi arabikum, karena keduanya merupakan gula pentosa, sedangkan glukosa merupakan gula heksosa, sehingga memberikan hasil yang negatif.
6. Hidrolisis sukrosa
Setelah dihidrolisis, larutan memberikan hasil positif terhadap uji benedict dan seliwanoff, dengan membentuk endapan merah. Reaksi ini menunjukan bahwa Sukrosa sudah terhidrolisis menjadi Fruktosa dan Sukrosa. Karena Fruktosa dan Glukosa adalah monosakarida, maka memberi hasil positif Pada test Benedict dan seliwanoff.
7. Glikolisis pada Ragi
Tabung Keterangan CO2 yang terbentuk Hisapan pada ibu jari
I. Glukosa 2 ml + aquadest 14 ml Tinggi gas CO2 = 1 cm +++
II. Glukosa 2 ml + aquadest 14 ml (100 0 C) Tidak terbentuk Gas CO2 _
III. Glukosa 2 ml + NaF 0,5 ml Tinggi gas CO2 = 0,7 cm ++
IV. Glukosa 2 ml + Na Arsenat 0,5 ml Tinggi CO2 = 0,5 cm +
• Hasil akhir glikolisis anaerob pada ragi akan menghasilkan etanol dan CO2. Percobaan ini untuk melihat perbedaan reaksi glikolisis tanpa dan dengan inhibitor.
• Pada tabung I, glikolisis yang terjadi ditandai terbentuknya etanol dan CO2. Proses ini dapat berlangsung baik karena enzim yang terdapat pada ragi masih aktif.
• Pada tabung II, glikolisis yang terjadi dihambat dengan cara menambahkan air panas (mendidih) pada ragi. Suhu panas karena air panas tersebut menyebabkan enzim rusak, enzim terdenaturasi pada suhu tinggi . Akibatnya reaksi glikolisis tidak berjalan dan ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung CO2.
• Pada tabung III, proses glikolisis terhambat oleh larutan Fluorida yang berfungsi sebagai inhibitor reaksi glikolisis, sehingga gas CO2 yang dihasilkan lebih sedikit. Larutan Fluorida ini menghambat pembentukan fosfoenol piruvat dari 2-fosfogliserat.
• Pada tabung IV, proses glikolisis terhambat oleh larutan Arsenat yang berfungsi sebagai inhibitor reaksi glikolisis, sehingga gas CO2 yang dihasilkan lebih sedikit. Larutan Fluorida ini menghambat pembentukan fosfoenol piruvat dari 2-fosfogliserat.
• Pada penambahan NaOH, hisapan pada ibu jari yang paling kuat adalah pada tabung I. Semakin banyak CO2 yang terbentuk, maka semakin kuat isapan pada ibu jari.
• Persamaan reaksi:
Fosfogliserat Fosfoheksosa Fosfofruktokinase
α-D-Glukosa kinase α-D-Glukosa 6-Fosfat isomerase Fruktosa 6-fosfat Fruktosa
Mg2+ ATP Mg2+ ADP 1,6-bisfosfat
ATP ADP
3-fosfogliserat 1.3-bisfosfogliserat Gliseraldehid 3-fosfat Dihidroksi aseton Fosfat
ATP Mg2+ ADP Mg2+
NAD + H+ NAD+
Fosfogliserat
Mutase Rantai respirasi ½ O2
Fosfogliserat H2O
2-Fosfogliserat
3 ADP + Pi 3 ATP
Flourida
H2O
Enolase
Fosfoenolpiruvat
ADP
Piruvat kinase
ATP NADH + H+ NAD+
Spontan
Enol (Piruvat) (Keto) Laktat
Piruvat Laktat dehidrogenase
8. Pembuatan Pati (amilum) dari kentang
Pati yang diperoleh dari cairan yang berasal dari kentang yang dihaluskan dan disaring, kemudian disuspensikan dengan etanol 95% berbentuk serbuk berwarna putih setelah didekantasi dengan penyaring Buchner. Pati ini disebut dengan “Amylum Solani” (amylum yang berasal dari kentang).
Hasil: Amilum yang terbentuk berwarna putih.
9. Hidrolisis Pati
a. Larutan pati di tambahkan HCl pekat dengan tujuan mempercepat hidrolisis. Larutan dipanaskan, tiap 5 menit ditest iodium dan test Benedict.
Persamaan reaksi:
Iodium + Amylum Ikatan iodium amylum (biru)
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
Tabung Waktu Test Iodium Test Benedict Kesimpulan
1 5’ ++++ (ungu tua) - Belum terhidrolisis
2 10’ +++ (ungu muda) - Belum terhidrolisis
3 15’ ++ (coklat) + Sedikit terhidrolisis
4 20’ + (coklat muda) ++ Sedikit terhidrolisis
5 25’ - +++ Terhidrolisis
6 30’ - +++ Terhidrolisis
Uji Iodium mulai negative pada tabung ke 5, Sedangkan pada penambahan pereaksi Benedict yang kemudian dipanaskan mula-mula dihasilkan larutan berwarna hijau tua lalu lama kelamaan mulai terbentuk endapan kuning coklat. Hal ini disebabkan pati terhidrolisis menjadi disakarida dan kemudian menjadi monosakarida secara sempurna. Benedict mulai memberikan hasil positif pada tabung ke 6.
Hidrolisis yang praktikan lakukan berlangsung relative cepat mungkin disebabkan pati dipanaskan dengan sempurna.
Persamaan reaksi:
Amylum HCl(p) Amylodekstrin HCl(p) Eritrodekstin HCl(p)
↑ ↑ ↑
Glukosa Maltosa Akrodekstrin
b. Tabung I setelah diberi iodium terbentuk warna biru ungu, setelah dipanaskan warna biru hilang dan menjadi jernih. Setelah didinginkan tetap jernih. Reaksi yang terjadi adalah reaksi irreversible.
Tabung II setelah diberi iodium terbentuk warna biru ungu, kemudian ditambahkan natrium tiosulfat 1% maka larutan menjadi jernih karena tiosulfat memecah ikatan antara amilum dan iodium.
10. Glikogen
A. 1. Pada penambahan lugol akan menghasilkan endapan coklat kemerahan, kemudian setelah di tambah 1 tetes NaOH 10% endapan tetap merah coklat dan jika dipanaskan endapan menipis.
2. Jika filtrat dilakukan tes Benedict maka akan terbentuk larutan berwarna hijau(-) karena filtrat masih polisakarida, kemudian dipanaskan selama 10’ maka terbentuk endapan merah bata karena polisakaridanya terhidrolisis menjadi glukosa sehingga memberi hasil positif pada uji ini.
3. Bila filtrat ditambahkan HCl pekat dan kemudian dipanaskan, maka pada saat dilakukan test Benedict akan memberikan hasil yang positif, yaitu dengan munculnya endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena penambahan HCl pekat dan pemanasan, akan menyebabkan pecahnya glikogen menjadi gugus glukosa sehingga memberikan uji (+) pada test Benedict.
B. 1. Bubuk glikogen sukar larut dalam air, basa encer, sedangkan dalam NaCl 10% dan dalam asam encer larut.
2. Test Iodium pada bubuk glikogen menimbulkan uji positif dengan terbentuknya endapan ungu hitam.
VII. KESIMPULAN
Untuk mengidentifikasi karbohidrat digunakan test molish ( dengan terbentuk cincin ungu ) sedangkan untuk mengidentifikasi golongan pereduksi digunakan test benedict untuk membedakan mana yang golongan pereduksi dan mana yang golongan non pereduksi.
Test Barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan adanya endapan merah bata menunjukkan hasil yang positif. Test Tollens spesifik untuk pentosa dengan berubahnya larutan menjadi berwarna merah. Sedangkan Test Seliwanoff spesifik untuk ketosa.
Dari uji-uji yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa karbohidrat mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a) Selalu positif apabila menggunakan uji molish karena molish adalah reaksi umum untuk karbohidrat.
b) Apabila diglikolisis secara anaerob makan akan menghasilkan CO2 dan H2O.
c) Polisakarida dapat dihidrolisis dengan cara pemanasan dan disertai penambahan asam pekat sebagai katalis.
d) Monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat teroksidasi (golongan reduksi) sedangkan polisakarida merupakan golongan non pereduksi.
Daftar Pustaka
Anonim. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Umum. Universitas Indonesia FMIPA Jurusan Kimia. 1998 : 115-118.
Murray RF; Granner OK; Rodwell V. Harper’s Review of Biochemistry. Penerbit : Buku Kedokteran. Jakarta. 1995.
Drs. Slamet Prawirohartono; Prof. Dr. Suhargono Hadisumarto. Sains Biologi-3A. Penerbit Bumi Aksara. 1999 : 65-66.
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar